Sabtu, 30 April 2011

Bollinger Bands


Menyiasati Bollinger Bands Sebagai penghasil sinyal transaksi
Bollinger bands merupakan salah satu dari beberapa indikator yang populer bagi kalangan trader dunia. Banyak sekali strategi trading yang ada saat ini menggunakan Bollinger bands sebagai dasar pengambilan keputusan transaksi, termasuk yang sudah berbentuk Expert Advisor (robot). Diantara sistem trading tersebutpun tidak sedikit yang sukses menghasilkan keuntungan secara konsisten, dan hal itu merupakan tujuan dari penulisan artikel Bollinger bands  kali ini.

Sebelum kita membahas strategi trading berdasarkan Bollinger bands, tentu diperlukan pemahaman mengenai indikator tersebut, dasar perhitungan dan bagaimana cara penggunaannya.

Apa itu Bollinger Bands?

Bollinger Bands adalah indikator teknikal yang memiliki tiga garis utama yang bergerak mengikuti rata-rata pergerakan harga sepanjang periode tertentu. Garis utama Bollinger Bands yang diberada di tengah gerakan (middle band) dan menjadi tolok ukur merupakan garis rata-rata pergerakan harga yang dihitung secara sederhana (simple moving average). Sementara dua garis lainnya ditempatkan pada bagian atas dan bawah (upper & lower band) dihitung berdasarkan +/- 2 standar deviasi dari garis rata-rata (MA).
{break}
  • Upperband = Middle band + 2 standar deviasi
  • Middle band= MA periode 20
  • Lowerband = Middle band -2 standar deviasi

Gambar 1. Bollinger Bands, MA 20 & STD 2
Bollinger bands adalah Indikator yang diperkenalkan oleh John Bollinger pada tahun 1983 ini memiliki banyak fungsi yang bermanfaat bagi trader dalam aktifitas transaksi. Selain sebagai alat untuk mengenal tren, Bollinger Bands dapat digunakan sebagai indikator volatilitas dan disaat yang sama dapat memberikan gambaran titik tertinggi (overbought) dan terendah (oversold) relatif dari pergerakan harga.{break}
Penggunaan Bollinger Bands

Untuk mulai mengambil manfaat indicator Bollinger bands ini menurut John Bollinger sendiri ada 15 aturan dasar yang perlu dipahami. Aturan-aturan tersebut tertuang dalam bukunya: “Bollinger on Bollinger Bands”.

Agar tidak terlalu panjang dan lebih mudah difahami, kami merangkum panduan tersebut ke dalam 4 katagori, sebagai berikut;

1. High dan Low

Bollinger Bands mampu menyediakan definisi relatif akan harga rendah (low) dan harga tinggi (high) dari pergerakan harga. Harga tersebut dapat (dan biasanya) bergerak naik ke arah upper band atau turun ke lower band. Jika harga ditutup di bagian luar Bollinger Bands, hal tersebut tidak selalu berarti reversal, namun dapat juga merupakan sinyal berlanjut, terutama ketika ketiga garis bergerak semakin menyempit.

2. Kombinasi dengan Indikator

Definisi relatif (high dan low) Bollinger bands, dapat digunakan untuk membandingkan pergerakan harga dengan pergerakan indikator lain untuk menghasilkan sinyal transaksi yang valid. Penggunaan indikator Bollinger bands sebagai sinyal konfirmasi dapat berasal dari momentum, volume, sentimen, open interest atau data inter-market. Namun sebaiknya tidak merupakan indikator golongan yang sama. Selain itu, penggunaan indikator volatilitas atau tren tambahan tidak diperlukan karena dengan sendirinya sudah tercerminkan dalam Bollinger Bands.

3. Pengenalan pola harga (Pattern recognition)

Ketiga, Bollinger Bands dapat digunakan sebagai penjelas pola harga (price pattern), seperti pola “M” pada puncak harga dan pola “W” pada dasar harga.

4. Nilai default dan penyesuaian

Nilai default Bollinger Bands adalah MA periode 20, plus 2 SD untuk upper band dan minus 2 SD untuk lower band. Nilai aktual dari setiap instrumen dapat berbeda-beda tergantung dari instrumennya dan time frame yang digunakan masing-masing.

Periode MA yang digunakan sebaiknya intermediate, dan tidak harus dicari seakurat mungkin seperti halnya ketika menggunakan MA crossover. Jika periode MA diatur lebih panjang, maka sebaiknya jumlah standar deviasinya juga turut ditingkatkan. Misalnya, +/- 2,1 standar deviasi pada MA periode 50.

Demikian juga sebaliknya, Standar deviasi diturunkan ketika menggunakan MA periode lebih pendek, misalnya +/- 1,9 SD pada MA periode 10.

Keempat panduan tersebut karena keterbatasan tertentu, tidak akan diperjelas dengan penggunaan contoh-contoh. Setelah memahami hal-hal tersebut, pembahasan kita lanjutkan pada peluang menyusun strategi trading melalui Bollinger Bands.
{break}
Strategi Trading

Keunggulan Bollinger bands dalam menghasilkan strategi trading diperoleh dari dua karakteristiknya yang penting.
  • Yang pertama adalah indicator Bollinger bands ini mampu memberikan gambaran tren seperti halnya yang dilakukan oleh moving average.
  • Kedua, BB (Bollinger Bands) bergerak menyempit dan mengembang sesuai dengan volatilitas harga, sehingga memberikan level support dan resistance yang lebih dinamis.
Seperti yang diperlihatkan dalam gambar 1 di atas, garis tengah BB (Bollinger bands) bergerak memberikan konfirmasi terhadap tren yang tengah terjadi, sekaligus di saat yang sama, garis atas dan bawah BB (Bollinger bands) mampu memberikan level-level tahanan yang bergerak dinamis.

Dari karakteristik Bollinger bands tersebut ada dua model strategi penting yang dapat kita ambil sebagai acuan dalam penyusunan sistem trading, counter trend dan trend following.

1. Counter trend

Yang dimaksud dengan counter trend disini adalah keputusan transaksi diambil ketika harga berhasil mencapai titik-titik tahanan yang disediakan oleh BB (Bollinger bands). Dengan maksud bahwa posisi beli diambil ketika harga mencapai support, dan posisi sell diambil ketika harga mencapai titik resistance.

Strategi ini banyak digunakan akibat perilaku unik yang diperlihatkan oleh BB (Bollinger bands) terhadap perubahan harga. Harga sering sekali kembali ke area middle band setelah berhasil mencapai bahkan menembus upper band atau lower band, terutama pada masa konsolidasi.

Namun demikian, hal yang perlu diingat adalah bahwa banyak dari tag tersebut menghasilkan sinyal palsu. John Bollinger sendiri mengingatkan dalam bukunya, bahwa sentuhan (tag) harga terhadap upper atau lower band hanya sekedar tag tidak berarti apapun karena harga dapat melanjutkan pergerakannya (walking the band) dan menyentuh upper atau lower band secara terus menerus tanpa sempat mengalami koreksi terlebih dahulu, hal tersebut terjadi umumnya pada saat trending.

Untuk memperkecil sinyal palsu Bollinger bands, dalam aturan entri sebaiknya diberi filter lain atau paling tidak terdapat syarat tambahan agar tidak seluruh tag dijadikan sebagai sinyal. Dibawah ini adalah aturan sederhana Bollinger bands dengan konfirmasi closing price yang dapat dijadikan contoh untuk menginspirasi Anda dalam menyusun sistem trading seperti ini.
  • Membeli pada saat open, setelah sehari sebelumnya harga berhasil ditutup di bawah lower band.
  • Menjual pada saat open, setelah sehari sebelumnya harga berhasil ditutup di atas upper band.
Exit strategi Bollinger bands merupakan komponen terpenting dari sinyal transakasi. Di bawah ini beberapa alternatif exit yang dapat Anda jadikan panduan.
  • Menutup posisi beli pada saat harga berhasil ditutup dibawah middle band, dan menutup posisi jual pada saat harga ditutup di atas middle band. Penggunaan sistem exit seperti ini memerlukan stop tambahan (subjektif), karena ketika tren, harga dapat bergerak naik tanpa sempat ditutup di bawah atau di atas middle band.
  • Menutup posisi beli pada saat harga berhasil ditutup dibawah lower band, dan menutup posisi jual pada saat harga ditutup di atas upper band. Penggunaan stop juga diperlukan disini, karena harga dapat bergerak naik tanpa sempat memenuhi kondisi exit.
  • Alternatif trailing stop juga sebaiknya dipertimbangkan sebagai proteksi dari pergerakan harga yang tidak sempat memenuhi aturan exit, agar posisi Anda yang telah menghasilkan keuntungan tidak berubah menjadi kerugian.
{break}
Kembali pada contoh Euro h1, sejak tanggal 2 hingga 16 Oktober, dengan menggunakan alternatif exit pertama (a) tanpa stop loss, sistim ini berhasil mengantongi ± 171 pips, dengan win loss ratio 60:40 (%).

Gambar 2. Contoh sinyal entri & exit Bollinger Bands pada Euro H1
Ilustrasi Bollinger bands pada gambar 2 sekedar contoh dan hanya berdasarkan uji coba visual yang memungkinkan hasil kurang akurat. Anda perlu melakukan penyesuaian sendiri terhadap instrumen, time frame dan metode sendiri sebelum mengaplikasikannya ke dalam aktifitas trading Anda.
{break}
2. Trend Following

Tentunya, aturan Bollinger bands yang paling umum digunakan dalam sistem ini adalah aturan yang secara kontras berlawanan dengan aturan-aturan counter trend diatas, baik pada entri maupun exit-nya.

Contoh pertama aturan yang umum digunakan:

Membeli pada saat harga ditutup di atas upper band. Menjual pada saat harga ditutup di bawah lower band. Tutup posisi beli pada saat harga ditutup di bawah lower band. Tutup posisi jual pada saat harga ditutup di atas upper band.

Gambar 3. Contoh trend following Bollinger Bands pada Euro h1
 
Kembali lagi pada ilustrasi Euro, sistem Bollinger bands ini secara kontras mengahasilkan posisi berlawanan dengan counter trend. Dengan menggunakan asumsi yang sama dan secara visual, sejak 2 hingga Oktober 09, sistem ini menghasilkan ± 55 pips dengan win loss ratio 50:50 (%).

Jika Anda adalah trend trader, Anda dapat melakukan penyesuaian dan optimasi tersendiri untuk meningkatkan hasil dari penggunaan Bollinger Bands ini.
{break}
Berikut ini adalah contoh penyesuaian penggunaan Bollinger Bands untuk sistem trend following:
  • Atur Bollinger Bands dengan nilai MA 100, dan standar deviasi 1
  • Beli ketika low kemarin berada di atas upper band
  • Jual ketika high kemarin berada di bawah lower band
  • Tutup posisi beli ketika high kemarin berada di bawah upper band
  • Tutup posisi jual ketika low kemarin berada di atas lower band
Pada contoh Bollinger bands kali ini, kita menggunakan USD/JPY sebagai instrumen dengan time frame daily. Silahkan mengujinya pada instrumen lain, seperti Euro atau USD/CHF. Hanya saja yang perlu di ingat adalah bahwa sistem ini bekerja baik dalam time frame lebih besar seperti daily. Anda akan menemukan banyak false signal ketika menerapkannya pada instrumen yang jauh lebih pendek.
 
Gambar 4. Alternatif trend following Bollinger Bands pada USD/JPY D1.
Dengan menggunakan aturan-aturan Bollinger bands tersebut diatas yang diterapkan pada USD/JPY, sistem tersebut secara visual telah menghasilkan total ± 990 pips sejak September 07 hingga 19 Okt 09, dengan win loss ratio 50:50 (%).

Kesimpulan
  • Seperti pada umumnya yang dapat kita peroleh dari alat teknikal, Bollinger Bands memberikan alternatif pembacaan terhadap pergerakan pasar dan bagaimana cara memanfaatkan pergerakan tersebut untuk meningkatkan hasil transaksi.
  • Bollinger Bands memberikan Anda gambaran tentang volatilitas harga, tren yang sedang berlangsung titik support dan resistance dalam satu bentuk indikator. Sehingga ide-ide penyusunan sistem trading dapat dilakukan dengan sederhana.
  • Contoh aturan dalam artikel ini adalah bentuk-bentuk sederhana dari penggunaan Bollinger Bands, menggunakan data terakhir beberapa instrumen, dan berdasarkan pengujian visual. Anda sebaiknya melakukan penyesuaian dan pengujian tersendiri sebelum mengaplikasikannya ke dalam live trading.

Parabolic SAR


Definisi Parabolic SAR
Parabolic SAR adalah salah satu indikator harga dalam analisa teknikal yang ditujukan untuk mengenali kecenderungan berbaliknya tren harga, sesuai dengan namanya SAR; Stop and Reverse. Alat ini pertama kali diperkenalkan oleh J. Welles Wilder, Jr, dalam bukunya "New Concepts in Technical Trading Systems. Selain berfungsi sebagai indikator reversal, Parabolic SAR juga dapat dan umum digunakan sebagai alat untuk menentukan level stop loss atau exit point.

Pengunaannya yang efektif dalam menentukan level stop membuat indikator ini sangat populer bagi kalangan trader, terutama dalam menentukan level trailing stop, level stop yang fleksibel dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan harga.

Unsur Parabolic SAR

Sesuai namanya, Parabolic SAR merupakan indikator yang menyerupai parabola yang di bentuk melalui sederetan titik-titik.

Terdapat dua parameter yang digunakan dalam perhitungan Parabolic SAR, yang pertama adalah Step, yang merupakan angka penentu letak titik SAR terhadap harga. Semakin tinggi step tersebut, semakin sensitif indikator akan bekerja, sehingga intensitas fluktuasi SAR bergerak ke atas dan ke bawah harga menjadi tinggi dan menghasilkan banyak kesalahan atau kegalalan yang membuat prediksi atau antisipasi semakin sulit.

Unsur yang kedua adalah Maximum step, yang merupakan angka yang mengatur penyesuaian titik SAR terhadap pergerakan harga selanjutnya. Semakin tinggi angka ini, maka semakin dekat titik SAR terhadap pergerakan harga selanjutnya, dan sebaliknya semakin rendah Maximum Step maka titik SAR atau trailing stop akan semakin menjauh dari pergerakan harga.

Wilder sendiri merekomendasikan nilai step dan maximum dibiarkan dengan nilai default 0,02 dan 0,2.

Penggunaan Parabolic SAR

Seperti halnya indikator trend yang lain, Parabolc SAR bekerja dengan baik pada saat harga berada dalam kondisi uptrend atau downtrend. Sementara dalam dalam kondisi sideway Parabolic SAR sering kali menghasilkan sinyal yang gagal, atau umumnya dikenal dengan istilah whipsaw.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Wilder sendiri merekomendasikan penggunaan Parabolic SAR harus dipandu dengan indikator trend lain, yang dapat memberikan konfirmasi apakah trend yang berlangsung memadai, baik dari sisi arah maupun kualitasnya. Wilder mengatakan trend harus dikenali dulu dengan baik, misalnya dengan menggunakan indikator ADX, baru kemudian mengambil posisi menggunakan Parabolic SAR sesuai arah trend yang sudah dikenali tersebut.

Secara umum, Parabolic SAR memiliki dua kegunaan penting;

1. Mengenali tren harga

Yang pertama adalah mengenali trend harga dengan cara mengamati pergerakan titik-titik SAR atau dot yang berada di bawah atau di atas pergerakan harga.
a.    Trend naik dapat diidentifikasikan jika Harga bergerak di atas SAR,
b.    Sementara trend turun dikenali jika Harga bergerak di bawah SAR.
{break}
2. Entri dan exit

Yang kedua adalah mengenali entri dan exit melalui pengamatan terhadap harga yang melewati titik-titik SAR bagian atas atau bawah.
a.    Beli ketika harga melewati titik SAR bagian atas.
b.    Jual ketika harga melewati titik SAR bagian bawah.
c.    Sinyal Exit atau Stop muncul ketika sinyal masuk posisi berlawanan terjadi.

Gambar 1. Contoh penggunaan parabolic SAR
Memanggil Parabolic SAR ke dalam Grafik

Untuk memanggil Parabolic SAR ke dalam grafik Anda, klik menu insert, pilih indikator, trend kemudian Parabolic SAR. Lihat Gambar 2.

Gambar 2. Memanggil Indikator Parabolic SAR ke dalam Grafik
Anda juga dapat melakukan hal yang sama dengan cara klik pada ikon indikator pada Toolbar.

Pivot Point


Pivot Point
Pivot Point adalah level harga teknikal yang digunakan untuk menganalisis dan memperkirakan pergerakan harga, yang perhitungannya diperoleh dari rata-rata harga terpenting (high, low dan close) sebuah instrumen dalam periode tertentu.

Unsur dan cara perhitungan Pivot Point

Umumnya unsur terpenting harga yang di jadikan dasar perhitungan pivot point adalah high, low dan close, namun variasi yang muncul akibat berkembangnya penggunaan pivot point memungkinkan penambahan unsur open.
  • Open: Harga pembukaan perdagangan sebuah instrumen dalam periode tertentu
  • High: Harga perdagangan tertinggi dari sebuah instrumen dalam periode tertentu
  • Low: Harga perdagangan terendah dari sebuah instrumen dalam periode tertentu
  • Close: Harga penutupan perdagangan sebuah instrumen dalam periode tertentu
Perhitungan Pivot Point

Dasar perhitungan Pivot point diperoleh dari penjumlahan harga high, low dan close kemudian di bagi 3:

Namun selain dengan cara di atas, Pivot point juga dapat diperoleh dari beberapa variasi misalnya dengan menambahkan unsur open sebelumnya kemudian di bagi 4:

Atau menambahkan harga high, low, dan close periode sebelumnya, tambah open periode sekarang kemudian di bagi 4:
Variasi yang lain adalah dengan cara menambahkan bobot yang dianggap penting, misalnya dengan cara lebih menekankan pada penutupan pasar:
Perhitungan support dan resistance dari pivot point dapat diperoleh melalui formula:
  • R2 = P + (H - L)
  • R1 = P + (P - L)
  • S1 = P + (P + H)
  • S2 = P - (H + L){break}
Penggunaan Pivot Point

Penggunaan dasar pivot point sebagai alat prediksi dengan cara menjadikan pivot point sebagai titik awal pergerakan harga, sehingga setiap pergerakan yang melewati level pivot point dapat diasumsikan bullish atau bearish sesuai arah pergerakan harga. Pivot point memberikan dua kegunaan yang berbeda dan penting bagi trader; 1.

Menentukan tren pasar jangka pendek

Metode ini dapat diperoleh dengan cara membandingkan pergerakan harga dengan pivot point. Jika harga bergerak ke atas dan berhasil melampaui pivot point, maka tren dapat dianggap bullish dan sebaliknya, jika harga bergerak ke bawah dan berhasil melewati pivot point, maka trend dapat dikatakan bearish. Hal yang perlu diingat dalam proses identifikasi tren melalui pivot adalah asumsi tren hanya dapat dipegang dalam jangka waktu tertentu saja, sesuai dengan periode atau time frame grafik yang digunakan. Jika pivot point diambil dari grafik daily, maka perhitungan pivot baru akan diperoleh pada saat penutupan pasar, sehingga pivot sebelumnya sudah tidak lagi berlaku.

2. Menentukan level Entri dan exit

Selain untuk menganalisis tren, terlampuinya level pivot dapat digunakan sebagai level entri dan exit. Umumnya level-level tersebut diperoleh melalui penggunaan support dan resistance pivot point.

Sebagai contoh misalnya seorang trader yang berorientasi trend following dapat menempatkan order posisi beli beberapa tick di atas level resistance (buy stop) dan menempatkan stoploss beberapa tick di bawah level support, atau sebaliknya menempatkan posisi jual beberapa tick di bawah level support (sell stop) dan stoploss beberapa tick di atas resistance.

Seorang trader lain juga dapat menggunakan metode yang berbeda, dengan menempatkan posisi jual beberapa tick di bawah resistance penting (sell limit), dan menempat stoploss beberapa tick di atas resistance. Atau juga sebaliknya, menempatkan posisi beli beberapa tick di atas level support (buy limt), dan menempatkan stoploss beberapa tick di bawah support.

Contoh Penggunaan:

Gambar 1. Pivot point dan Resistance level

Moving Average (MA) | Relative Strength Index (RSI)

Moving Average (MA) | Relative Strength Index (RSI)
Relative strength index (RSI) dan Moving average (MA) salah satu penyusun sistem dalam trading
Moving average (MA) dan Relative Strength Index (RSI) akan banyak dibahas dalam bagian ini, kita akan mempelajari penyusunan metode trading berdasarkan analisa teknikal. Untuk memudahkan proses penyusunan, dalam buku ini kita hanya akan membahas dan menggunakan dua indikator yang paling populer saja, yakni Moving Average dan RSI. Kedua indikator tersebut akan digunakan dalam studi kasus selanjutnya.

Moving Average merupakan indikator teknikal yang paling luas digunakan oleh investor dan trader diseluruh dunia, karena kemampuannya menghilangkan faktor subjektif dari setiap analis. Moving Average dapat diartikan sebagai perubahan harga rata-rata dalam satu timeframe tertentu. Misalnya MA 20, yang merupakan harga rata-rata selama 20 periode grafik tertentu. Jika diaplikasikan kedalam grafik Daily, MA 20 berarti harga rata-rata selama 20 hari perdagangan. Demikian juga untuk H1, MA 20 = rata-rata harga selama 20 jam terakhir.

Tipe Moving Average

Dari cara perhitungan rata-rata harga, MA terbagi dalam 3 model:

1. Simple Moving Average (SMA)

Model MA ini adalah model murni rata-rata pergerakan harga dan merupakan yang paling luas digunakan. Perhitungannya diambil dari penjumlahan dari seluruh data kemudian dibagi dengan jumlah periode yang di observasi.

2. Weighted Moving Average (WMA)

Perhitungan WMA diambil berdasarkan pembagian dari jumlah keseluruhan periode. Misalnya, WMA 5 hari, merupakan penjumlahan seluruh data dibagi jumlah periode;1+2+3+4+5=15. Perbedaan dengan SMA terletak pada tingkat sensitivasnya. WMA lebih sensitif dibanding SMA. Sehingga lebih cepat menghasilkan sinyal dibanding SMA, namun memiliki lebih banyak noise.
{break}
3. Exponential Moving Average (EMA)

EMA adalah MA yang berusaha menjawab persoalan antara SMA dan WMA, dengan perhitungan yang lebih rumit diantara ketiganya. Misalnya, untuk membuat EMA 20 hari, maka diperlukan data MA 20 hari terlebih dahulu, baru kemudian data ini dijadikan sebagai titik perhitungan awal, untuk diambil selisih dan pembaginya. Perhitungan EMA, sudah dilakukan otomatis oleh trading platform yang ada. EMA mampu mengenali perubahan tren lebih awal, dibanding SMA, namun memiliki noise yang lebih rendah dibanding WMA.

Gambar 1 Tiga jenis moving average
Dalam gambar 1 diatas kita dapat melihat perbedaan dari ketiga jenis Moving Average. Weighted bergerak lebih cepat, sementara Exponential bergerak lebih cepat dibanding Simpe MA, namun masih mampu memberikan sinyal lebih cepat dibanding simple Moving Average.

Penggunaan moving average

Ada banyak cara untuk menggunakan MA sebagai alat dalam menentukan tren dan perubahan nya, dan cara tersebut semakin hari semakin berkembang. Beberapa gambaran umum penggunaan MA dibawah ini dapat dijadikan panduan;
• Mengenali tren
Moving average dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengenali tren dengan membandingkan pergerakan harga terhadap garis MA. Tren naik dapat dikatakan telah terjadi ketika harga bergerak di atas MA, turun ketika harga bergerak di bawah MA.
{break}
• Support and Resistance area
MA juga berfungsi sebagai support dan resistance pergerakan harga. Seperti pada gambar 2 MA berfungsi sebagai support ketika Euro mengalami rally dari bulan Februari hingga April 2008, setelah berhasil menembus level support pada bulan Agustus’08, garis MA kemudian berfungsi sebagai resistance hingga Mei 2009.


Gambar 2 MA sebagai support dan resistance
Ketika harga berada diatas MA, MA bertindak sebagai support dan ketika harga berada di bawah MA, MA bertindak sebagai resistance.
• Identify reversal opportunities
MA juga dapat digunakan untuk mencari indikasi perubahan tren harga, sekaligus menemukan level entry dan exit transaksi. Ada dua cara utama untuk mendapatkan hasil tersebut:

Pemotongan garis MA oleh harga.

Perubahan tren harga dapat dikenali ketika harga memotong ke atas atau ke bawah garis MA. Jika harga memotong ke atas garis MA, maka tren naik sedang dimulai. Dan jika harga memotong ke bawah garis MA, maka tren turun dapat dikatakan sedang dimulai.
{break}
Perpotongan antara garis MA

Perpotongan antara garis MA dikenal dengan istilah crossover method. Umumnya crossover menggunakan dua atau lebih garis MA yang saling berbeda periode. Crossover yang paling terkenal dan masih memiliki validitas tinggi adalah double crossover method. Metode ini yang seterusnya akan kita gunakan dalam pembahasan selanjutnya.

Gambar 3 Double crossover method, Euro Hourly, Mei 2009
Konsep crossover berarti, MA akan menghasilkan sinyal trend naik ketika garis MA periode yang lebih pendek memotong ke atas garis MA periode yang lebih panjang, dan sinyal tren turun terjadi ketika garis MA pendek memotong ke bawah garis MA periode yang lebih panjang. Kombinasi klasik yang populer untuk metode ini adalah; 5 dan 10, 10 dan 50, 20 dan 50.

Dalam gambar 3, di dalam grafik euro sejak tanggal 5 hingga 14 Mei 2009, terdapat dua kali crossover, yang pertama menghasilkan kerugian dan yang kedua menghasilkan keuntungan cukup besar.

Crossover bekerja dalam kondisi terbaik pada saat harga mengalami tren satu arah, seperti yang diilustrasikan dalam figure 4, terhadap USD JPY, Hourly.

Gambar 4 Crossover method, USDJPY Hourly, Mei 2000 {break}
Relative Strength Index (RSI)

Indikator ini adalah indikator ke dua yang akan kita bahas dalam buku ini. RSI merupakan salah satu indikator yang paling luas digunakan oleh trader dan investor.

Dikembangkan oleh J. Welles Wilder Jr. sejak tahun 1970-an dan pertama kali dipublikasikan melalui bukunya New Concepts in Technical trading systems.

Ada banyak penggunaan RSI yang diperkenalkan oleh Wilder dalam bukunya tersebut, namun kita hanya akan membahas bagian terpenting yang masih memiliki validitas tinggi.

RSI mungkin dapat didefinisikan sebagai indikator yang mengukur kekuatan relatif pasar berdasarkan perbandingan antara kenaikan dan penurunan, yang ditampilkan dalam bentuk indeks yang bergerak antara level 0 (nol) hingga 100.

Penggunaan RSI

Ada tiga variasi penggunaan RSI yang harus diperhatikan karena akurasi sinyalnya yang masih cenderung tinggi.

1. Identifikasi puncak dan lembah harga (Top & Bottom Recognition)

Puncak dan lembah harga diindikasikan melalui RSI yang bergerak ke atas area 70 atau turun kebawah area 30. Beberapa analis lebih menyukai penggunaan 80 sebagai area ekstrim atas atau lebih dikenal dengan istilah overbought dan area 20 sebagai level ekstrim bawah atau oversold.

Sebagai contoh, gambar 5 menunjukkan kepada Anda bagaimana RSI memberikan indikasi harga tertinggi dan terendah yang terjadi pada grafik EURJPY. Ketika harga mencapai level dasar, RSI telah memasuki area oversold di bawah level 30, kemudian harga bergerak naik membentuk puncak (top) yang diikuti oleh RSI di atas 70 (overbought), dan turun kembali membentuk dasar yang ditandai dengan penurunan RSI kembali ke bawah level 30.
{break}

Gambar 5 RSI indikasikan puncak dan lembah harga
2. Mengenali pola (Pattern Recognition)

Pola harga yang muncul dalam RSI mungkin tidak dapat diidentifikasikan hanya melalui grafik harga. Terkadang beberapa pola muncul lebih jelas dalam RSI dibanding pada harga sendiri.

Gambar 6 memperlihatkan ketika harga bergerak naik, RSI telah membentuk pola head and shoulder yang pertama, dan lebih dulu mengalami breakout dibanding harga ketika menembus garis tren. Pada pola head & shoulder kedua, baik harga maupun RSI secara bersamaan menembus garis tahanan. Setelah berhasil breakout neckline H&S, RSI kemudian membentuk pola triangle yang hanya diindikasikan oleh garis support dalam harga.

Gambar 6 Pola grafik dalam RSI terkadang lebih mudah dikenali {break}
3. Failure swings atau Divergence

Penggunaan yang ketiga ini adalah penggunaan yang paling banyak diawasi oleh trader karena kekuatannya yang cukup besar dalam menghasilkan pergerakan pasar. Divergence terjadi ketika harga membentuk level tertinggi atau terendah baru namun tidak diikuti oleh pembentukan level tertinggi atau terendah baru RSI.

Misalnya dalam tren naik seperti dalam gambar 7, harga membentuk level tertinggi baru namun RSI mengalami kegagalan membentuk level tertinggi baru, kegagalan ini disebut dengan failure swing dan akhirnya membentuk divergence.

Gambar 7 Poweful divergence pada USDCHF, Daily.
Maksud dari divergence adalah pasar telah kehilangan kekuatan ketika high terbaru tersebut dibentuk. Demikian juga saat penurunan, harga membentuk low baru namun RSI mengalami kegagalan sehingga membentuk bullish divergence. Divergence memiliki implikasi reversal, dalam arti jika terjadi dibawah akan memberikan dorongan bullish dan jika terjadi di atas akan memberikan dorongan bearish.

Kombinasi antara moving average dan RSI

Penggunaan dua indikator diatas, seperti halnya penggunaan indikator yang lain, sangat tergantung pada pribadi penggunanya. Hal yang perlu diperhatikan sebelum penyusunan metode trading, adalah karakter, kemampuan modal dan strategi yang Anda pilih.

Panduan kombinasi

Anda dapat menggunakan poin-poin di bawah ini sebagai panduan untuk menggabungkan dua indikator tersebut:
• Moving Average adalah indikator yang digunakan sebagai filter dari fluktuasi harga, ditujukan untuk mengenali tren dan perubahan tren yang terjadi.
• MA periode lebih pendek bergerak sangat dekat dengan harga. Semakin kecil periode yangdipilih semakin kecil pula jarak MA dengan harga, sehingga swing yang terjadi selama pergerakan harga berlangsung tidak dapat diperhalus oleh MA, dengan demikian frekuensi terjadinya noise atau sinyal failure-pun semakin tinggi.
• Namun di sisi lain, penggunaan MA dengan periode ini akan menghasilkan sinyal yang relatif jauh lebih cepat. Semakin panjang periode MA yang dipilih biasanya semakin jauh pula jaraknya dengan harga running. MA ini dapat memperhalus pergerakan harga sehingga tren dapat dengan mudah dikenali. Sinyal yang dihasilkan lebih lambat namun memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi.
• RSI adalah indikator kekuatan pasar yang bergerak dalam batasan 0 hingga 100. Ditujukan untuk mengenali peluang berbaliknya harga dalam interval waktu yang relatif pendek. Gunakan RSI untuk level oversold ketika tren naik, untuk mencari peluang lebih murah. Dan gunakan pola RSI untuk mendapatkan level breakout terbaik, atau divergence untuk mengenali peluang berbaliknya harga.
{break}
Studi kasus
Studi kasus ini ditujukan untuk membantu Anda dalam merumuskan sinyal yang akan Anda gunakan dalam transaksi. Sehingga contoh dalam e-book ini selayaknya tidak dianggap sebagai rekomendasi, karena hanya bersifat ilustrasi yang memberikan panduan bagi Anda. Dalam studi ini mari kita mengambil contoh Swiss Franc Daily, periode Juni 2007 hingga 22 Mei 2009.
• Pada tanggal 31 Mei 2007 seperti yang terlihat pada gambar 9.8, MA mengalami double crossover di area atas, namun RSI belum memberikan konfirmasi untuk membeli. Pada tanggal 29 Juni 2007, RSI 14 berhasil melakukan breakout ke bawah dan beberapa waktu kemudian, terjadidouble crossover. Dengan demikian, kedua indikator ini memberikan kesimpulan yang sama dan kita telah mendapatkan konfirmasi untuk menjual.


Gambar 8 Breakout RSI dan konfirmasi MA

• Dalam gambar 9, terlihat pada bulan 9, 2008, CHF telah selesai membentuk pola berlanjut Head & Shoulder, sementara harga bergerak di bawah MA, yang mengindikasikan tren turun masih kuat. Breakout RSI pada garis neckline Head and shoulder mengindikasikan bearish, yang berarti masih sejalan dengan posisi MA. Disini, kita dapat membiarkan posisi sebelumnya atau menambah posisi baru.


Gambar 9 Powerful Divergence RSI, USDCHF Daily{break}

• Bulan Februari 2008, RSI selesai membentuk pola Symmetrical Triangle (garis biru pada gambar 10) dan breakout ke bawah, dengan kondisi MA yang masih stabil di atas. Keduanya memberikan indikasi bahwa penurunan masih berlanjut. Kemudian pada bulan Maret, terjadi divergence (ditandai dengan garis merah), dimana harga berhasil membentuk low baru namun RSI mengalami kegagalan, yang merupakan indikasi perubahan tren harga. Disini kita dapat mengurangi posisi yang ada untuk berjaga-jaga atau bahkan melikuidasi seluruhnya.


Gambar 10 Divergence dan Triangle pada RSI, breakout garis support pada harga. {break}

• Dalam gambar 11 setelah RSI membentuk divergence, harga mengalami kenaikan hingga bulan Mei 2008, dan mengalami konsolidasi dalam range terbatas Bersamaan dengan itu, RSI membentuk pola triangle yang berhasil ditembus ke atas pada bulan Juli, yang kemudian diikuti oleh breakout harga terhadap channel line dan crossover double MA. Di sini kita melikuidasi seluruh posisi yang tersisa dan merupakan waktu baik mengambil posisi beli.


Gambar 11 Triangle RSI and Break of line seen in price

• Dalam gambar 12 setelah breakout, CHF mengalami kenaikan hingga Nopember 2008 Pada periode ini, RSI telah menyelesaikan pola Head and Shoulder dan Triangle yang diikuti oleh divergence pada puncak harga. Disini kembali kita sebaiknya melikuidasi posisi. Setelah harga dan RSI berhasil melakukan breakout ke bawah, double MA melakukan cross yang mengindikasikan tren turun. Namun di saat yang bersamaan, RSI membentuk divergence kembali di dasar harga yang mengindikasikan reversal (berlawanan dengan MA). Di level ini kita sebaiknya tidak mengambil posisi, sembari menunggu konfirmasi selanjutnya.


Gambar 12 Break Head and shoulder pada RSI dan double cross pada MA
{break}

• Dalam gambar 13, MA kemudian memberikan konfirmasi kenaikan setelah divergence padatahap e sebelumnya. Kita mendapatkan konfirmasi membeli. Harga kemudian mengalami kenaikan sejak bulan Januari 2009, yang kemudian diikuti oleh crossover MA. Pada fase ini kita kemudian kembali melikuidasi posisi dengan profit sangat tipis. Pada fase berikutnya, harga mengalami konsolidasi hingga 8 Mei 2009 lalu, dimana harga dan RSI secara bersamaan membentuk pola triangle


Gambar 13 Crossover MA dan breakout triangle RSI
{break}
Breakout harga dan RSI terjadi dibarengi dengan cross MA. Pada tahap ini kita kembali mendapatkan sinyal konfirmasi untuk menjual. Posisi tersebut dapat kita pertahankan hingga satu atau dua indikator kita saling memberikan sinyal yang berlawanan. Jika kita menemukan kedua indikator memberikan sinyal yang sama, maka dari sisi kombinasi, hal ini sudah cukup sebagai dasar untuk mengambil posisi baru atau menambah posisi lama.

Gambar 14 Skenario lengkap USDCHF, Mei 2007-Mei 2009
Skenario secara lengkap dapat disimak pada gambar 14. USD/CHF menurun dari Maret 2007 hingga Februari 2008 dan pembalikan tren terjadi yang menyebabkan uptrend dari Maret 2008 sampai ke Nopember 2008. Setelah ini, USD/CHF memasuki pola harga sideways. Jika melihat gambaran secara keseluruhan, dapat dilihat tren dan pola pada harga dan RSI.

Seperti yang sudah kita diskusikan sebelumnya, tren dapat dikenali melalui penggunaan moving average. Dan RSI dapat kita gunakan sebagai filter untuk mendapatkan konfirmasi lanjutan.

Gunakan ilustrasi diatas sebagai panduan. Anda dapat mencari, menyusun dan eksperimentasi dengan alat teknikal yang lain. Namun ingatlah untuk menjamin alat tersebut sederhana mungkin.

Review
• Moving average adalah indikator untuk mengenali tren dan mengukur tren yang terjadi.
• Sebuah sinyal yang dihasilkan oleh moving average didasarkan pada crossover yang terjadi baik dengan harga maupun dengan MA yang berbeda periode.
• Relative Strength Index adalah jenis dari oscillator yang ditujukan untuk mengukur kekuatan harga dan penggunaan terbaiknya terletak pada saat harga mengalami konsolidasi atau sideway.
• Anda dapat menggunakan moving average bersamaan dengan RSI untuk menghasilkan sinyal transaksi.

Moving Average Convergence Divergence (MACD)


Moving Average Convergence Divergence (MACD) adalah bagian dari oscillator yang digunakan secara luas oleh kalangan trader dan investor. Dikembangkan oleh Gerald Appel, berdasarkan prinsip double cross MA.

Gambar 1. Untuk memasukkan indicator Moving Average Convergence Divergence (MACD) ke dalam Grafik, pilih menu insert dan indikator, kemudian oscilator dan MACD.
Moving Average Convergence Divergence (MACD) terdiri dari dua garis:
  1. Moving Average Convergence Divergence (MACD)  Line, dihitung berdasarkan perbedaan dua garis Exponentially Smoothed Moving Average. Garis ini dalam grafik akan terlihat bergerak lebih cepat dibanding signal, sehingga terkadang disebut faster line.
     
  2. Moving Average Convergence Divergence (MACD)  Signal, adalah periode tertentu (default 9) SMA dari MACD Line. Garis ini terkadang disebut sebagai slower line.
{break}
Penggunaan MACD
  • Sinyal entry market pada dasarnya muncul begitu Moving Average Convergence Divergence (MACD) Line dan Signal berpotongan.
  • Perpotongan MACD Line ke atas MACD Signal, akan menghasilkan sinyal Buy. Dan perpotongan MACD Line ke bawah MACD Signal akan memunculkan sinyal Sell.  Moving Average Convergence Divergence (MACD) memiliki garis 0 (nol) sebagai area netral. Persepsi over bought atau over sold akan muncul pada saat kedua garis Moving Average Convergence Divergence (MACD) bergerak terlalu jauh dari area 0. Dan setiap perpotongan keatas atau kebawah area 0 juga memunculkan sinyal entry.  
  • Bearish Divergence terjadi pada saat Moving Average Convergence Divergence (MACD) yang telah jauh berada di atas area 0 tidak  membentuk puncak terbaru (lower high), sementara harga masih membentuk puncak baru (higher high).  
  • Bullish Divergence muncul jika Moving Average Convergence Divergence (MACD) telah berada jauh di bawah 0, dan tidak membentuk titik terendah baru (higher low), sementara harga masih memebentuk lower low.

Gambar 1. MACD dalam USD/JPY Daily  

Stochastic Oscillator

Stochastic Oscillator merupakan indikator teknikal yang ditemukan oleh George C. Lane, stochastic oscillator sangat populer dan digunakan secara luas oleh trader dan investor dalam hampir seluruh instrumen keuangan dunia. stochastic oscillator dipergunakan untuk membantu menentukan level overbought dan oversold.

Overbought dan oversold memiliki arti bahwa pasar telah bergerak terlalu jauh dan terlalu cepat , sehingga membutuhkan koreksi dalam waktu dekat. Stochastic juga merupakan bagian dari Oscillator yang menggunakan fixed range 0 sampai 100. Dengan area ekstrim berada di area 70 (80) dan 30 (20).

Gambar 1. Memasukkan Indikator Stochastic oscillator ke dalam grafik "Pilih menu insert kemudian indikator (atau klik ikon fungsi) pilih oscillator dan stochastic"{break}
Stochastic Oscillator terdiri dari dua garis:

%K adalah garis yang tercepat, merupakan perbandingan dari harga close dikurang low periode tertentu dan harga high dikurang low periode tertentu. %D adalah garis yang lebih lambat, merupakan average dari %K sepanjang periode tertentu.

Penggunaan Stochastic Oscillator:
• Standarnya, pembacaan diatas 70 diasumsikan sebagai overbought, dan area 30 adalah area oversold. Namun banyak analis lebih mengatakan area ekstrim 80 dan 20 jauh lebih representatif.
• Secara teori, Sinyal buy dalam Stochastic Oscillator akan muncul pada saat %K bergerak ke atas memotong %D yang terjadi di bawah area 30 dan keduanya (%K & %D) mengarah keatas.
• Sinyal sell muncul pada saat %K bergerak ke bawah memotong %D yang terjadi di atas area 70, dan keduanya mengarah kebawah
• Divergence dan convergence terjadi ketika harga bergerak membentuk highest high atau lowest low tetapi stochastic oscillator tidak pada saat yang sama tidak membentuk highest high atau lowest low. Sinyal ini penggunaannya mirip dengan penggunaan indikator lain seperti MACD dan RSI.

Gambar 2. Penggunaan Stochastic oscillator

Rabu, 13 April 2011

Candle Stick


Untuk memulai sebuah analisa, kita harus mampu membaca grafik terlebih dahulu. Grafik yang biasa dipakai adalah sebuah grafik sederhana antara harga vs waktu. Sumbu “X” sebagai waktu dan sumbu “Y” sebagai harga.
Perhatikan gambar dibawah ini. Ini disebut “Candlestick Chart” karena bentuknya yang seperti lilin
 Grafik ini dibuat pada abad ke 17 oleh orang-orang Jepang yang awalnya digunakan untuk memantau pergerakan harga pada produk-produk komoditi. Steven Nison dikenal sebagai orang pertama yang mempopulerkan chart model ini. Sifatnya yang sangat representatif karena terdiri dari High, Low, Open dan Closing Price membuat grafik ini paling populer dipakai oleh para analis forex. Jika Anda terbiasa dengan produk-produk sekuritas, grafik ini tidak pernah digunakan untuk memantau harga. Kenapa? Sederhana, harga sekuritas hanya memerlukan closing price saja tidak seperti pada futures trading.
Mari saya bantu Anda memahaminya (dulu saya harus belajar memahami grafik ini sendirian tanpa ada seorang pun mau mengajari saya…). Sebenarnya ada lagi jenis grafik lainnya seperti bar chart, dot chart, line chart, dan lainnya. Tapi yang paling representatif ya ini.. si candlestick ini.
Gambar diatas adalah grafik untuk nilai  XAU/USD. Jika Anda melihat garis biru horizontal dibagian atas itu adalah harga terakhir dari nilai XAU/USD yaitu sebesar 1458.55. Artinya satu troyons harganya USD 1458.55. Lihat juga tulisan kecil di bagian kiri atas yang tertulis “XAUUSD,daily”. Itu artinya satu candle (satu batang, gitu lho maksudnya….) mewakili pergerakan harga untuk satu hari.
Interpretasi candlestick didasarkan “pattern” yang ada. Candle yang berwarna biru artinya harga bergerak naik atau closing price lebih tinggi nilainya dibanding opening price. Sebaliknya, candle berwarna merah artinya harga bergerak turun atau clsoing price lebih rendah nilainya dibanding opening price. Lalu apa garis vertikal diatas dan dibawah dari candle itu? Itu adalah highest price dan lowest price selama periode yang diberikan. Dalam contoh diatas adalah harga terendah dan tertinggi untuk setiap jamnya karena periode yang digunakan adalah per-jam.
Jika memakai istilah Bullish dan Bearish maka yang berwarna Biru adalah Bullish pattern dan yang berwarna merah adalah Bearish pattern. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Candlestick bisa dijadikan indicator untuk mengetahui pola reversal atau pembalikan , secara umum candlestick bisa dijadikan sinyal reversal baik candlestick tunggal atau candlestick formation.
Nah sekarang akan saya terangkan mengenai formasi yang terjadi pada candlestick. Secara garis besar formasi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Bullish candlestick formations, Neutral candlestick formations, dan Bearish candlestick formations.

The Bullish Candlestick Formations


Ini semua adalah Bullish pattern. Beberapa diantaranya menandakan strong bullish pattern. Sedikit panduan sederhana, apabila ditemukan formasi-formasi berikut maka kemungkinan yang terjadi adalah sebuah trend bullish akan segera terjadi.

Hammer – Anda pasti dapat menduga mengapa disebut hammer. Hammer terjadi setelah trend menurun yang kuat. Jika terjadi setelah trend menguat yang tajam maka disebut hanging man. Bentuknya seperti bullish pattern dengan lowest price yang dalam serta tidak memiliki highest price.

Piercing Line – Candle pertama adalah bear candle yang panjang diikuti bull candle yang juga panjang. Bull candle muncul dibawah bear candle tetapi tidak sampai separuh dari bear candle.

Bullish Engulfing Lines – Merupakan bullish pattern yang kuat dan terjadi setelah downtrend yang cukup besar (dan biasanya merupakan trend balik / reverse). Terjadi ketika bearish kecil disusul bullish yang besar.

Morning Star – Pattern seperti ini menandakan harga telah mencapai titik bawah (support) yang potensial. Munculnya star (candle yang ditengah) mengindikasikan akan terjadi trend balik bila diikuti bullish pada candle berikutnya. Star dapat berupa bull candle atau bear candle.


Bullish Doji Star – Star seperti ini menunjukan trend balik yang sifatnya masih tidak pasti. Jika tidak ada indikator pendukung lainnya yang memastikan trend akan berlangsung, disarankan untuk wait and see terlebih dahulu.

Long Bearish Candle – Bearish candle terjadi ketika harga dibuka dekat pada highest price dan ditutup dekat pada lowest price.

Hanging Man – Terjadi setelah uptrend yang signifikan. Terdiri dari dua candle dengan lowest price yang jauh kebawah tanpa highest price. Pattern seperti ini adalah kebalikan dari hamer pada bullish candlestick formation.

Dark Cloud Cover – Merupakan bearish pattern . Akan lebih kuat pengaruhnya apabila candle kedua muncul dibawah dari bullish candle pertama.

Bearish Engulfing Lines – Merupakan bearish pattern yang cukup kuat apabila terjadi setelah uptrend dan merupakan reverse pattern. Terjadi setelah bullish candle kecil diikuti bearish candle yang besar.

Evening Star – Menunjukan bahwa harga sudah mencapai titik resistence point nya. Star (candle yang ditengah) menunjukkan kemungkinan terjadi trend balik berupa bearish. Star dapat berupa bear candle atau pun bull candle.


Doji Star – Seperti pada bullish doji star, demikian doji star seperti ini menunjukan bearish trend dengan periode yang tidak pasti. Diperlukan penguat seperti evening star untuk memastikannya.

Shooting Star – Merupakan trend balik minor. Star harus memiliki highest price yang cukup panjang untuk dapat dikatakan shooting star.

Neutral Candlestick Formations

Formasi candlestick netral tidak menunjukkan uptrend maupun downtrend. Untuk keadaan seperti ini disarankan wait and see.

Spinning Tops – Benar-benar simetris dan jarak antar open dan close tidak terlalu besar. Tidak ada kepastian apa yang akan terjadi setelahnya.

Doji – Seperti Doji pada formasi bullish atau pun bearish. Posisi seperti ini menandakan ketidak pastian trend yang akan terjadi serta periodenya.

Double Doji – Nah untuk model double doji seperti ini kemungkinan yang akan terjadi adalah “breakout” untuk ketidak pastian yang terjadi. Namun demikian model breakout yang akan terjadi tetap tidak dapat dipastikan dari hanya formasi ini. Harus ada pendukung lainnya.


Harami – Model seperti ini mengindikasikan berkurangnya momentum trend yang akan segera diikuti berakhirnya trend. Terdiri dari candle dengan ukuran yang lebih kecil berada ditengah-tengah candle yang lebih besar sebelumnya. Pada contoh disamping menandakan berakhirnya bullish trend karena bullish disusul oleh bearish candle yang lebih kecil.

Reversal Candlestick Formations

Nah, formasi ini khusus untuk trend balik / reversal.

Long-legged Doji –Sering menunujukkan titik balik. Terjadi ketika open dan closing price adalah sama dengan highest dan lowest price relatif besar.

Dragonfly Doji – Juga merupakan titik balik. Hanya saja disini menunjukkan bahwa lowest price-nya jauh lebih besar dibanding highest price.

Gravestone Doji – Open dan close serta lowest price adalah sama. Sementara highest price jauh meninggi.

Stars – Nah ini adalah bintang reverse. Posisinya berada diatas dari candle sebelumnya yang berjenis sama. Seperti pada formasi lainnya, kondisi seperti ini menunjukkan reversal trend mungkin terjadi.

Setelah saya bentangkan begitu banyak formasi, pastilah timbul pertanyaan dalam diri Anda: Ada begini banyak formasi, bagaimana dapat saya gunakan secara efektif untuk digunakan dalam ber-trading?
Jawabannya sederhana (meski tidak semudah menuliskannya disini). Sering-seringlah digunakan dan melihat referensi!! Itu saja, maka Anda akan terbiasa. Saya sendiri sejujurnya (jujur nih…J) tidak hafal semua formasi yang ada. Hanya beberapa yang saya anggap penting saja. Dan yang perlu diingat, konfirmasi hanya dengan membaca formasi seringkali menimbulkan false signal. Perlu dukungan yang lebih kuat dengan keberadaan indikator lainnya. Hal lainnya lagi, indikasi yang diberikan dalam candlestick formation biasanya hanyalah memberikan indikasi trend dalam jangka waktu yang sangat pendek (tidak lebih dari 7 candle). Sulit menentukan trend dalam jangka waktu panjang dengan candlestick.
Ok, sampai disini pelajaran mengenai Candlestick. Dilain bagian akan saya terangkan yang lebih jauh mengenai penggunaan indikator dalam analisa teknikal

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons